Saturday, January 10, 2009

Yang (masih) tersisa dari Liburan

Oke, pertama – tama perkenankan saya minta maaf dulu kepada blog saya yang sudah saya mangkrakkan dan biarkan begitu saja selama berminggu – minggu. Hehe... Coretan saya di bawah mungkin sudah out of date, karena saya mau bercerita tentang kegiatan saat liburan akhir tahun kemaren. Hanya sekedar menjaga eksistensi blog saya dan karena saya memang sedang ingin menulis tapi tidak ada yang bisa diceritakan akhir – akhir ini *oh, poor girl*.

Lets the story begin...
Kira – kira pertengahan desember lalu ibu – ibu dukun sudah merencanakan ingin menghabiskan liburan natal dan tahun baru dengan backpacking ke Jawa Barat. Rencana semula ingin ke Bandung atau Sukabumi dan sekitarnya. Tapi apa daya, rencana tinggal rencana. Dibatalkan karena satu dan lain sebab. Itulah kadang saya tak terlalu menyukai bepergian yang direncanakan. Entahlah, karena dari pengalaman saya terkadang bepergian atau liburan yang direncanakan banyak gagalnya. Tetapi kalau tidak direncanakan dan mendadak malah sering jadinya. Yah, walaupun tidak dalam semua kasus sih. Oiyah, alasan saya sendiri kenapa tidak bisa backpacking karena orang tua saya datang berkunjung ke Jakarta. Tidak mungkin saya bersenang – senang di hamparan pantai Ujunggenteng bersama para penyu, tetapi pada saat bersamaan orang tua saya kesasar kesana kemari di jalanan Jakarta. I can’t imagine that...

Saya langsung resume saja yah kegiatan saya bersama kedua orang tua saya. Kami sempat jalan – jalan ke Monas (yups, sodara2... Monas aka Monumen Nasional). Saya yang hampir tiap hari liat Monas pertamanya agak kurang setuju kenapa harus jalan – jalan kesana. Tapi akhirnya saya mafhum, kalau bagi orang yang tinggal di luar Jakarta, Monas bukan sekedar monumen pajangan di tengah kota tapi lebih kepada objek wisata. Objek wisata dengan sisi historical bangsa, bahwa monumen itu telah menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan dan pengakuan bangsa lain. Lha dalah, jadi ngomong sejarah. Hehehe, maap maap... Kami ke Monas dari pagi hingga siang. Alhamdulillah setelah mengantri hampir 3 jam dengan penuh kesabaran dan betis membesar akhirnya berhasil naik ke puncak Monas. I love the view from the top. Sempat juga mengunjungi museum di bagian bawah tanah Monas. Perjalanan dilanjutkan dengan shopping di Tanah Abang. Ada kejadian lucu waktu kami naik bajaj dari Monas ke Tanah Abang. Seperti yang sudah digariskan sedari dulu (walau tak tercantum di kitab suci agama manapun) kalau bajaj tuh jalannya pasti sembarangan, ngawur tanpa tedeng aling – aling. Hanya si sopir dan Tuhan saja yang tahu tuh bajaj mo belok kemana. Sepanjang jalan ibu sholawatan terus liat aksi si sopir mengemudikan bajajnya. Dari ekspresi beliau waktu turun, saya yakin kenangan naik bajaj akan selalu membekas dan menjadi rasa traumatik di sepanjang sisa hidupnya. Dan saya juga yakin itu adalah pengalaman naik bajaj pertama sekaligus terakhirnya. Maafkan anakmu ini bu, anak macam apa pula aku ini yang sudah memaksa ibu naik bajaj tidak tahu diri itu *xixixi*. Sampai di Tanah Abang bapak ga ikut masuk dan nunggu di depan. Saya dan ibu yang masuk ke dalam belanja. Setelah dapat beberapa barang belanjaan pulang ke kosan deh. Naik bajaj? No way. Taksilah... Malam harinya kami menghadiri acara resepsi pernikahan Mas Wawan, tetangga di kampung sekaligus kakak tingkat Moklet. Sebenarnya tujuan utama bapak ibu ke Jakarta bukan untuk bertemu saya, tetapi menjadi rombongan besan yang menghadiri akad nikah dan resepsi nikahan ini. Besok paginya rombongan sudah berangkat pulang ke kampung. Sedihnya, cuma dua hari saja temu kangen ma bapak ibu. Hiks,hiks...

Tapi yang lebih tragis lagi, setelah ditinggal orang tua kembali ke kampung liburan masih amat sangat panjang. Sepanjang hari saya habiskan dengan bertanya – tanya apa yang bisa saya lakukan untuk mengisi liburan. Akhirnya saya dan temen kosan, Shirley (bukan nama sebenarnya) hunting DVD. Daripada bengong melompong, ketap – ketip ga jelas mending nonton, itulah pikiran saya sesaat sebelum memutuskan buat belanja DVD di Ambass. Hasilnya? Hampir 100rb dihabisin buat beli DVD dari film Korea sampe Barat. Tapi ini belum apa – apa dibandingin cerita adik kelas SMK yang liburan kemaren juga maen ke Jakarta dan belanja DVD ngabisin duit hampir setengah juta. Yak, duit pemirsa bukan kertas apalagi daun. Sempat curiga juga nih anak mau koleksi atau nyambi pengedar yah. Hwehehe...
Ini list film yang saya tonton sepanjang liburan akhir tahun dan lanjut awal tahun kemaren, sebagian ada juga yang hasil ngrampok minjem dari Shelila dan Shirley*hihihi*, yuuk mari : The Accidental Husband, The Journey to the Center of the Earth, My Best Friend's Girl, Seducing Mr. Perfect, Who Are You?, Bad Love (unfinished), dan Soulmate (unfinished). Yang masih ngantri belum ditonton juga masih banyak : Baby and Me, The Good The Bad The Weird, Madagascar 2, The Other Boleyn Girl, dll. Fiuuuh, PR masih numpuk ternyata *hehehe*

Resume tentang new year’s eve... sebenarnya saya dan Shirley ingin maenan air dan liat kembang api ke HI atau Monas. Maklum masa kecil kurang bahagia. Haha... Tapi dicancel dengan pertimbangan lalu lintas yang pasti macet. Akhirnya, cuma satu pilihan terakhir menghabiskan malam tahun baru : nonton DVD. Hohoho. Eh ternyata sore harinya malah dapat ajakan dari salah satu temen kuliah buat ngumpul – ngumpul. Setelah makan malam langsung tancap gas ke Bonsir ketemu temen – temen disana. Dan seperti yang sudah saya terawang eh prediksikan sebelumnya, jalanan muuuaaacet, cet, cet... Agak sedikit menyesal karena keluar juga malam itu. Kalau bukan pertimbangan kumpul dengan teman kuliah, saya ga bakalan sudi keluar pas malam tahun baru. Big no, no deh. Bukan apa – apa, lawong di kampung saya saja bisa macet kok lalu lintas pas tahun baru. Apalagi Jakarta yang setiap harinya macet. Malam itu temen – temen ngajak ke Monas, yasudah saya amini juga. Kami jalan kaki dari Bonsir ke Monas. Sepanjang malam kegiatannya : jalan – foto-foto – ngobrol – liat kembang api. Menurut saya, momen ngobrolnya itu yang tidak ternilai harganya dan demi ini saya rela membelah lautan manusia (halah, bosomu :))). Waktu kumpul – kumpul jaraaang sekali, sibuk inilah sibuk itulah. Memang ada email dan YM tapi ga krese gitu. Ga nampol kalau ga ngobrol pake senam mulut. Hehehe... Malam tahun baru itu diakhiri dengan makan – makan di Sabang. Thanks buat Eko yang sudah merogok kocek buat bayarin kita makan. Maklum dia ditodong karena malam itu perayaan pas satu tahun dia tinggal di Jakarta. Ga penting banget yah. Tapi demi sesuap nasi gratis apapun rela saja dirayain. Gyahaha...

Dan satu lagi cerita untuk mengakhiri postingan kali ini. Saya sedang jatuh cinta sekarang. Siapa pria yang tidak beruntung itu? Yoon Kye Sang namanya, xixixi... Gara – garanya nonton serial Korea “Who Are You?” waktu liburan kemaren. Suka banget liat ahjussi yang satu ini, keren dan seger banged dah. Memang kalau dibandingin Daniel Henney kalah jauh cakepnya, tapi aura dan tatapannya itu loh. Ga tau kenapa bisa melelehkan hatiku. Huwekkss... hahaha.

Yoon Kye Sang & saya, haha ngarep ;P

Next time saya ingin sekali bercerita tentang Korea. Saya memang menyukai Korea. Menyukai film dan artisnya, menyukai budayanya, dan pastinya menyukai keindahan alamnya yang sering ada di film – film.Tentu saja dengan mengesampingkan terlebih dahulu kenyataan bahwa di Korea operasi plastik adalah hal lumrah dan Korea adalah salah satu negara dengan tingkat murtad-isasi terbesar di dunia. Hhmm. Suatu saat, ya suatu saat kalau saya ada waktu untuk posting, saya ingin bercerita kenapa saya bisa menyukai Korea. (ga janji tapi yah, hihi).

Sekian saya melaporkan, wassalam.